MAKALU2004 — Bengkulu – Seorang Filsuf asal Yunani Socrates pernah mengungkapkan bahwa Rahasia perubahan adalah fokus semua energi Anda, bukan untuk melawan yang lama tetapi untuk membangun yang baru. Kata bijak ini mungkin menjadi salah satu motivasi bagi seorang Supriyadi (55) warga Desa Sindang 4 Suku Menanti, Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.
Warga Desa yang mau tidak mau harus ditempa dan bertarung dengan alam mengharuskannya bekerja serabutan sebagai kuli bangunan demi menghidupi keluarga kecilnya. Sedikit demi sedikit rupiah dikumpulkan demi membangun fondasi ekonomi berkelanjutan. Tabungan yang sedikit dari hasil kerja kasar tersebut dijadikan modal usaha kecil memproduksi dan menjual kerupuk serta jagung goreng kering atau biasa disebut Marning.
Usaha ini tidak bertahan lama, pada tahun 2012 Supriyadi mencoba putar arah setelah melihat peluang hasil kopi petani di Desa Sindang 4 Suku Menanti. Sedikit pengetahuan tentang mengolah kopi secara sederhana diapun mencoba memproduksi kopi bubuk untuk dititikan ke warung-warung di sekitar desa.
“Jika kopi yang dititip laku baru dibayar, jika tidak kopi tersebut diminum sendiri oleh pemilik warung,”
Tahun pertama dirasa sangat berat untuk membangun usaha, terutama kebiasaan warga Kabupaten Rejang Lebong adalah menggoreng dan menumbuk kopi sendiri untuk dinikmati sendiri. Supriyadi berkeyakinan jika usaha ini dilakukan terus menerus dan serius maka pintu rezeki akan dibuka oleh Allah.
Tetapi ujian berat menimpanya tahun 2016. Seluruh peralatan produksi hingga bahan baku kopi miliknya ludes digondol maling.
Dengan tekad bulat dan keyakinan yang tinggi, dia mulai mencoba meminjam modal ke salah satu Bank milik pemerintah. Modal kerja yang didapat digunakan secara hati-hati dan terus dihitung jangan sampai bermasalah dikemudian hari. Merk dagang UMKM Kopi Lestari yang diluncurkannya ternyata membawa berkah dan menampakkan perkembangan yang baik.
Tahun 2017 Bank Indonesia melalui Program Sosial Bank Indonesia melihat peluang yang sangat bisa dikembangkan dan mendongkrak perekonomian masyarakat desa mulai mendampingi Supriyadi dengan peningkatan kemampuan SDM dan peralatan. UMKM Kopi Lestari dibina secara profrsional mulai dari skema pengolahan biji kopi, proses produksi yang sesuai standar dan pengemasan yang layak untuk dilepas ke pasar. Mesin produksi juga diberikan kepada kelompok tani yang dibangun oleh Supriyadi bersama belasan warga Desa Sindang 4 Suku menanti Rejang Lebong.
Saat ini setiap hari UMKM Kopi Lestari bisa memproduksi pesanan konsumen hingga 150 hingga 250 kilogram. Jenis kopi andalan mereka adalah Sindang Dataran Robusta atau Sintaro dengan 4 varian atau kualitas yang disesuaikan dengan bahan baku, jenis biji kopi yang diolah pasca panen serta pengemasan. Ini jelas akan brdampak kepada UMKM Bengkulu yang dibangun Supriyadi sudah naik kelas.
“Alhamdulilah kami saat ini sudah memiliki stok bahan baku yang kami bisa cadangkan untuk satu tahun kedepan,” jelasnya.
Tembus Pameran Kopi Dunia
Untuk menguji kualitas dan rasa kopi olahan mereka, UMKM Kopi Lestari mengikuti ajang uji kurasi atau Caping di salah satu laboratorium kopi di Kota Bandung. Biji kopi hijau atau greenbeans asal Sindang Datarang dikirim ke lab bersama ratusan kopi nusantara dan dinyatakan memiliki kualitas baik dan menduduki peringkat 2 secara nasional.
Artinya Kopi Sintaro olahan UMKM Lestari Kopi berhak mengikuti pameran tingkat dunia atau World Class yang dilaksanakan di Jakarta pada Pertengahan bulan Maret 2025. Hasilnya Kopi Sintaro Lesatasi berhasil kembali menduduki peringkat kedua secara nasional.
“Jika tidak ada pendampingan dari Bank Indonesia, kami mungkin tidak akan melangkah sejauh ini,” kata Supriyadi.
Pada 2019, Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan BI Provinsi Bengkulu memberikan bantuan dengan membangun delapan rumah jemur kopi bersama kelompok petani di desa Sindang 4 Suku Menanti, lengkap dengan pelatihan pasca-panen dan peningkatan kualitas produk. Tidak hanya bantuan peralatan, Bank Indonesia kemudian juga memberikan pembinaan mulai dari pengolahan perkebunan, metode petik kopi, penjemuran, pengolahan pasca-panen, pengemasan hingga pemasaran.
Program pembinaan dan kolaborasi Bank Indonesia bersama UMKM, akhirnya membawa Lestari Kopi ke pasar internasional. Permintaan dari negara asing begitu tinggi untuk produk kopi asal Desa IV Suku Menanti, Kecamatan Sindang Dataran. Dan saat ini tantangannya lebih kepada bagaimana memenuhi kuota ekspor yang diinginkan pasar.
Supriyadi kini mampu membina 16 petani kopi setempat untuk memenuhi pasar domestik. Saat ini dia membuka diri kepada para petani sekitar yang ingin bergabung demi memenuhi permintaan pasar internasional.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Wahyu Yuwana Hidayat mengatakan, Bank Indonesia berkomitmen penuh untuk terus mendampingi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), agar mampu menghasilkan produk yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga menarik secara kemasan dan kuat dalam sisi promosi.
Berbagai produk UMKM binaan Bank Indonesia kini telah mampu menembus pasar nasional hingga internasional. Salah satunya adalah kopi Bengkulu yang mulai diekspor, serta gula aren bubuk yang telah digunakan oleh sejumlah hotel besar di Indonesia.
Bank Indonesia memberikan dukungan pada UMKM dalam berbagai aspek, mulai dari peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, penguatan wawasan dan manajemen usaha, modernisasi peralatan, hingga kemudahan akses terhadap pembiayaan dan pemasaran. Contohnya komoditas kopi, Bank Indonesia memfasilitasi pertemuan antara petani, pelaku usaha, dan agregator dalam ajang Bencoolen Fest Cerita Kopi.
“Kegiatan ini menjadi jembatan penting dalam membuka akses pasar yang lebih luas,” tegas Wahyu.
Menurutnya, hasil panen kopi Bengkulu sesungguhnya sangat melimpah. Sayangnya, sebagian besar justru dijual melalui provinsi lain seperti Lampung, sehingga kopi asli Bengkulu jadi tidak dikenal luas oleh pasar nasional dan internasional.
Para petani tidak mendapatkan harga yang layak, karena harus menjual melalui perantara, bukan langsung ke pasar utamanya. Hal ini tentu merugikan petani sebab menurunkan nilai jual kopi Bengkulu itu sendiri, itu merupakan dampak dari panjangnya rantai pemasaran.
Lewat Bencoolen Fest Cerita Kopi, Bank Indonesia juga menghadirkan pihak perbankan sebagai sumber pendanaan yang bisa diakses pelaku UMKM sehingga semakin kuat dari sisi modal. Harapannya, UMKM Bengkulu bisa benar-benar berdaya dan menjadi kebanggaan daerah di tingkat nasional bahkan dunia.
Pemerintah Provinsi Bengkulu juga menyatakan terus mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kopi sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. Langkah itu dilakukan melalui kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak, termasuk kolaborasi strategis dengan akademisi.
Pemerintah Provinsi Bengkulu membangun riset tentang kopi, baik dari tingkat produksi hingga jaringan industri kopi. Tim akademisi sedang melakukan survei ke beberapa kabupaten penghasil kopi di Bengkulu untuk melihat potensi dan kesiapan daerah.
Targetnya, kopi Bengkulu bisa masuk ke pasar global dan harganya di tingkat petani menjadi lebih baik, harga yang didapat petani menjadi harga internasional. Hal tersebut tentu meningkatkan kesejahteraan bagi petani serta mengakselerasi perekonomian daerah.
Gubernur Bengkulu Helmi Hasan menyatakan Bengkulu nantinya juga akan membangun hilirisasi industri turunan produk kopi (contohnya sabun berbahan dasar kopi) untuk memperkuat branding kopi daerah. Hilirisasi juga akan memperluas pasar komoditas kopi Bengkulu.Upaya tersebut juga menjadi bagian dari kebangkitan ekonomi daerah, dengan semangat menjadi provinsi yang bangkit sebagai pemain penting dalam industri kopi Indonesia.