MAKALU2004 — Sangat penting untuk memperhatikan anak-anak yang memiliki keterlambatan bicara atau penundaan bicara karena dapat menunjukkan masalah perkembangan atau kondisi medis lainnya.
Anak-anak dengan keterlambatan bicara kemungkinan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi atau memahami orang lain. Anak-anak biasanya meniru apa yang mereka dengar dari orang tuanya.
Dokter spesialis THT, Dr. dr. Tri Juda Airlangga, menyatakan bahwa keterlambatan bicara terkait dengan gangguan pendengaran. Anak-anak yang memiliki masalah pendengaran mungkin mengalami kesulitan untuk memahami dan menguasai kosakata tertentu.
Hal ini akan membatasi kemampuan anak untuk menggunakan bahasa dengan benar dan meniru kata-kata. Kondisi ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak secara keseluruhan jika tidak terdeteksi sejak dini.
Selasa (18/3/2025), Dr. dr. Tri Juda Airlangga mengatakan dalam akun YouTube Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo, “Perlu dipahami, gangguan pendengaran merupakan salah satu faktor yang kerap menyebabkan penundaan bicara pada anak. Biasanya, gangguan pendengaran pada anak baru bisa diketahui saat mereka usia 1-2 tahun.”
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa selain gangguan pendengaran, keterlambatan bicara dapat dipengaruhi oleh faktor medis lainnya, seperti memiliki riwayat keluarga dengan keterlambatan bicara dini, gangguan saraf, berat badan yang rendah, autisme, gangguan pada organ mulut, dan lahir kuning.
Anak-anak juga dapat menunjukkan keterlambatan bicara dengan tidak babbling, menunjuk, atau tidak mengikuti gerak-gerik orang tua. Selain itu, anak-anak mungkin tidak menunjukkan respons apa pun ketika diajak berinteraksi dengan orang tua atau orang lain.
Menurutnya, orang tua harus melakukan pemeriksaan pada anak sebelum berusia satu bulan. Jika ditemukan kecurigaan bahwa anak mengalami penundaan bicara, orang tua sebaiknya berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis anak atau dokter spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).
Untuk mengidentifikasi gangguan pendengaran pada bayi, Brain Evoked Response Auditory (BERA) dan tes skrining lanjutan otoacoustic emission (OAE) dilakukan.
Tes BERA dapat digunakan pada segala usia, tidak tergantung pada kondisi bayi saat tidur atau bangun, dan merupakan alat deteksi yang efektif untuk mengukur anomali di bagian tengah dan dalam telinga. Ini membuatnya berguna sebagai deteksi dini gangguan pendengaran.
SUMBER CNNINDONESIA.COM : Gangguan Pendengaran Bikin Anak Jadi Speech Delay? Ini Kata Dokter